Jumat, 02 Maret 2012

SINGLE

Dan Single…
Bukanlah kata yang istimewa, tidak akan sanggup menggerakkan ribuan apalagi jutaan nyawa. Hanya salah satu bentuk petunjuk jumlah tanpa menyebut angka. Mungkin tampak istimewa ketika menunjukkan relasi antar manusia, ketidakterikatan, kesendirian dan keterbukaan untuk menerima pasangan. Seringkali tampak seperti kegagalan untuk memikat. Sering pula dikatakan sebagai pilihan hidup tanpa keputusan. Atau sebuah nasib dimana keadaan-keadaan sudah tidak sanggup lagi mengubahnya. Kesendirian adalah sebuah proses yang dijalani setiap manusia, bagi sebagian kecil lainnya sebuah takdir yang mesti diterima. Dan itulah keseharian yang alami.


Dan menjadi Single
Dulu juga bukanlah sesuatu yang istimewa. Mungkin kehidupan diberi jeda oleh kesedihan. Kadangkala ada rasa hampa dimana harapan telah dibunuh oleh kesendirian kembali. Dalam kekonyolan tertentu ada yang berujung kematian. Tetapi lumrah, manusia hidup dalam pasang surut perasaan. Dan kembali menjadi sendiri sebenarnya tidak lebih dari perayaan atas kepercayaan diri. Tetapi kehidupan sekarang tidak sesederhana itu ketika relasi pribadi menjadi pajangan di papan-papan pengumuman dunia maya. Ini bukan lagi masa dimana perasaan hati terkunci sebagai kemewahan pribadi. Dunia perlu tahu, ini persoalan eksistensi. Ketika kembali menjadi sendiri bukan lagi urusan dua orang anak manusia tetapi menjadi urusan bagi setiap pembaca papan-papan pada kitab tampang, urusan bagi burung-burung gereja yang berkicau sepanjang hari maka semua tampak rumit. Mengubah status di kitab tampang jauh lebih susah ketimbang memutuskan untuk kembali sendiri.

Sementara Complicated
Bila kita hidup dengan keyakinan begitu banyak mata-mata yang terus mengawasi, tindakan ekstrem adalah petaka. Bila ingin menjaga kata-kata pembaca supaya tidak berhamburan seperti peluru senapan mesin, setiap keputusan sendiri mesti dijelaskan dalam bentuk transisi kerumitan hubungan. Bahkan bila keputusan sendiri sudah lama diikrarkan, dunia maya butuh transisi perasaan dimana para pembaca diberi kesempatan untuk memberikan wejangan, bahwa ini sifatnya sementara. Bahwa “kami” bisa membangunkan harapan “kamu” lagi untuk kembali bersama. Bahwa urusan kesendirian sekarang menjadi topik dunia yang menghangat. Kemewahan pribadi telah terampas ketika orang-orang bersuara demi menunjukkan perhatian palsu mereka. Dan semuanya tampak menjadi lebih rumit. Sesuatu yang sebenarnya telah selesai di dunia nyata.

Dan Status Berubah
Keputusan ini lebih berat dari kenyataan yang dihadapi. Mengubah status, menunjukkan kesendirian, memberikan kesempatan kepada dunia untuk bertanya dan seringkali menghakimi. Jari tangan di papan ketik terasa begitu berat, teramat berat untuk mengatakan yang mudah terucap dalam mulut. Dunia yang tampak luas pelan-pelan memenjarakan kita untuk memutuskan. Semakin lama kita hidup dalam ketakutan terhadap pandangan orang lain. Ketika semuanya disajikan kepada dunia maka yang tersisa hanya ketakutan. Dan menjadi single sekarang ini, ringan di hati, mudah di mulut tetapi menjadi berat pada status dunia maya. Dunia maya menunggu setiap kata, menggunjingkannya, membakarnya dalam sekam tanpa bara dan kemudian melupakannya begitu saja.
Deklamasi dan Deklarasi memenuhi dunia, tidak berhingga jumlahnya. Tidak terhitung perubahannya. Inilah zaman dimana setengah milyar lebih penduduk bumi merasa dirinya penting untuk diperhatikan dan tindak tanduknya pantas untuk dikomentari. Setengah milyar penduduk bumi, bayangkan, betapa bisingnya dunia ini. Deklamasi dan Deklarasi berwujud status yang tidak akan mungkin bisa ditampung oleh setiap papan dan bidang datar di seluruh belahan dunia. Inilah hari-hari dimana peradaban lisan yang menjadi kuasa akal manusia pelan-pelan digerus ketidakacuhan tulisan tetapi penuh ketakutan. Dan hari-hari ke depan tidak akan pernah sama lagi, setiap kata mesti diperhitungkan sebab ratusan atau ribuan orang terus memperhatikan. Dan kita semakin takut membuat keputusan.

(http://itonesia.com/single/)

 
;